1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan yang terjadi pada tonsil. menurut stadiumnya, tonsilitis dibagi kedalam tiga stadium yaitu :
A. Tonsilitis Akut
B. Tonsilitis Membranosa
C. Tonsilitis Kronis
A. Tonsilitis Akut
a. Defenisi akut
Tonsilitis Akut adalah peradangan yang terjadi pada tonsil dan terjadi secara mendadak
b. Etiologi
Biasanya disebabkan oleh kuman grup A Streptococcus Beta Hemoliticus, PNeumococcus, Streptococus Viridant, dan Streptococcus Piogenes. Hemofillus Infulenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratf.
c. Patogenesis
Mula-mula timbulnya tonsilitis akut mendadak dalam waktu 48 jam akan berkembang menjadi tonsilitis kronik. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang lepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriprus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan tejadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membran semu (pseudomembrane) yang menutupi tonsil.
d. Gejala dan tanda
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih (reforred pain) melalui saraf N. Glosofaringius (N. IX). Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
B. Tonsilitis Membranesa
1. Defenisi
Tonsilitis membranosa adalah peradangan yang terjadi pada membran tonsil.
2. Etiologi
Penyebab tonsilitis ini adalah kuman coryne bacterium diphteriae, kuman ini termasuk kedalam gram (+).
3. Patogenesis
Kuman coryne bacterium dipteriae menyerang saluran nafas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini menjadi sakit. Keadaan ini tergantung pada titer anti toksin dalam darah seseorang.
4. Gejala dan tanda
Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan yaitu gejala umum, gejala lokal, dan gejala akibat eksotokoin.
1. Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kanaikan suhu tubuh.
2. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor.
3. Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
C. Tonsilitis Kronis
1. Defenisi
Tonsilitis kronis adalah peradangan yang terjadi pada tonsil dan terjadi secara menahun dan merupakan penyakit tenggorokan yang berulang.
2. Etiologi
Faktor penyebab timbulnya tonsilitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygine mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.
3. Patogenesis
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan perut yang akan menglami pengerutan sehingga kripti melebar.
Secara klinik kripti ini akan tampak di isi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disebut dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula.
4. Gejala dan tanda
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di tenggorok, tenggorok dirasakan kering dan napas berbau.
2. Terapi
Terapi lokal ditunjukan kepada higiene mulut dengan berkumur atau obat isap. Antibiotika spektrum lebar atau sulfonamid, antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma.
3. Pengkajian
Data yang dikumpulkan pada tahap pengkajian di maksudkan untuk mengetahui kebutuhan klien atau pasien, yaitu meliputi :
a. Identitas Pasien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama dan pendidikan pasien
b. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu
• Apakah pasien pernah mengalami pembedahan sebelumnya
• Jenis operasi yang dilakukan
• Apakah pasien pernah menderita penyakit jantung, DM, anemi, hipertensi, riwayat penyakit pada faring dan penyakit lainnya.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan-keluhan pasien secara umum (lebih spesifik tergantung pada kondisi penyakit), seperti :
• Adanya rasa nyeri pada tenggorok
• Adanya rasa nyeri waktu menelan, rasa nyeri ditelinga (otaligia)
• Adanya demam dengan suhu yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, dan anorexia
• Keluhan lain sesuai dengan jenis penyakitnya
• Sejak kapan keluhan itu timbul
• Apakah sudah di obati
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi atau DM.
4. Riwayat tumbuh kembang
• Apakah pasien menderita penyakit kongenital
• Pernah mengalami penyakit pada tenggorok
5. Riwayat psikologis
• Apakah pasien merasa cemas dan takut dengan penyakit yang dideritanya
• Bagaimana mekanisme koping pasien
6. Riwayat sosial dan ekonomi
• Pasien bekerja di mana, jenis pekerjaan dan tempat atau lokasi pekerjaannya.
• Bagaimana hubungan pasien dengan keluarga dan rekan kerja di kantor.
7. Riwayat kebiasaan sehari-hari
• Nutrisi :
- Beberapa kali makan sehari. Porsi dan jenis makanan yang dikosumsi.
- Beberapa gelas sehari minum, jenis minuman yang diminum
• Eliminasi :
- Beberapa kali BAB dan BAK dalam sehari
- Warna, jumlah dan karakteristik dari tinja dan urin
- Apakah sering mengalami kesulitan dalam BAB dan BAK
• Personal hygiene :
- Beberapa kali mandi sehari
• Aktivitas sehari-hari :
- Apakah klien suka olah raga, beberapa kali sehari dan jenis olah raga.
- Apakah klien mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis yaitu head totoe tapi pada pembahasan ini dilakukan hanya pada daerah tenggorok dan daerah operasi.
a. Pemeriksaan fisik pre operasi, meliputi :
• Penampilan umum : Kulit pucat, tingkat kecerdasan, tanda-tanda vitas.
• Inspeksi : Kaji daerah tenggorok, tonsil simetris atau tidak, apakah tonsil membengkak, apakah warna tonsil kemerahan, apakah ada pembengkakan pada daerah kelenjar submadibula.
• Palpasi : Adanya nyeri tekan pada daerah submandibula.
b. Pemeriksaan fisik post operasi, meliputi :
• Keadaan umum pasien : Kesakitan, lemah
• Kesadaran : Compos metis, delirium
• Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
• Inspeksi :
- Ekspresi wajah klien kesakitan
- Klien tampak pucat, mukosa bibir, konjungtiva, dan scelara mata
- Lokasi operasi : Adakah kemerahan pada luka, adakah perdarahan, adanya pembengkakan dan rasa nyeri, kondisi jahitan dan luka.
5. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan diagnostik pada pasien yang akan dilakukan tonsilektomi,meliputi pemeriksaan darah lengkap, kimia darah dan urinalisis. Radiografi dada (foto thorox) dan elektrokardiogram.
6. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan Secara Umum
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan adanya peradangan
2. Kurang pengetahuan tentang prosedur operasi
3. Cemas sehubungan dengan akan dilakukan prosedur pembedahan tonsilektomi.
4. Potensial kekurangan cairan sehubungan dengan haemorrage
5. Potensial tidak efektifnya pola nafas sehubungan dengan efek depressan anastesi, ketidakmampuan melakukan napas dalam karena nyeri pada luka operasi.
6. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka operasi
7. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan luka operasi
8. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan rasa nyeri saat menelan.
b. Diagnosa Keperawatan Post Operasi
1. Potensial tidak efektifnya pola nafas sehubungan dengan efek depressan anastesi.
2. Potensial kekurangan cairan sehubungan dengan haemorrage
3. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka operasi
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan rasa nyeri saar menelan.
5. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan luka operasi.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan adanya peradangan
Tujuan :
Klien secara verbal mengatakan nyeri berkurang setelah tindakan perawatan.
Itervensi :
1) Kaji pola nyeri, intensitas, lokasi, durasi serta faktor yang prespitasi dan pengurangan rasa nyeri :
2) Kaji secara non verbal tanda-tanda nyeri
3) Bantu klien merubah posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi dan ciptakan lingkungan yang nyaman untuk istirahat.
4) Kolaborasi pemberian analgetik dan berikan sesuai order dan konsultasikan bila nyeri bertambah.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan rasa nyeri saat menelan
Tujuan :
• Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
• Porsi makan klien habis
Intervensi :
1) Anjurkan klien untuk mengawasi makanan yang dimakan Misalnya : Makanan pedas, asam, gurih dan es/minuman ukuran kecil.
2) Anjurkan untuk memakan makanan lunak dengan potongan/ukuran kecil.
3) Anjurkan untuk memakan makanan yang banyak mengandung protein.
c. Kurang pengetahuan tentang prosedur operasi Tujuan :
Klien memperlihatkan peningkatan pengetahuan Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien
2) Jelaskan prosedur dilakukannya tonsilektomi
3) Beritahukan prosedur yang akan dilakukan sebelum operasi meliputi:
• Ajarkan cara merubah posisi, batuk efektif dan nafas dalam.
• Jelaskan bahwa klien akan dilakukan :
- Premedikasi
- Persiapkan status psikologis
- Fasilitas klien untuk mengungkapkan perasaannya terhadap prosedur pembedahan
- Perkenalkan klien dengan medis , ruang operasi recovery jika memungkinkan.
7. Bedah
- Merupakan salah satu bentuk terapi medis
- Merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres
- Terdapat ancaman tubuh, integritas kulit dan terhadap jiwa seseorang
- Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut
Memberikan bantuan agar orang lain menyesuaikan oleh stresor, membebaskan rasa nyeri dan mengembalikan pada fungsi yang optimal.
a. Oprasi Dibagi 3 :
- Peri operatif/prabedah
- Intra operatif/masa sedang dibedah
- Post operatif/pasca bedah
b. Tujuan Tindakan Bedah :
- Menentukan sebab gejala
- Mengangkat bagian yang sakit
- Memperkuat daerah pemulihan
- Memperbaiki deformasi (perubahan bentuk)
- Menyambung daerah yang terpisah
- Mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit (contoh : Kanker dengan terapi).
- Memperbaiki bentuk.
c. Persiapan Pembedahan dan Perawatan Bedah di Lapangan
1. Bersihkan tubuh penderita dengan air yang bersih
2. Pasang infus
3. Cukur daerah yang akan dibedah
4. Pasang maag slang (pada operasi besar)
5. Beri obat premedikasi secara intravena
6. Catat dan simpan perlengkapan penderita
7. Lakukan pengawasan tensi, nadi, respirasi, suhu
8. Kerjakan admisnistrasi penderita sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Perawatan Penderita Selama Pembedahan
1. Awasi keadaan umum penderita T.N.P.
2. Awasi efek samping anastesi
3. Perhatikan tehnik sepsis dan asepsis
4. Awasi pendarahan yang terjadi
5. Perhatikan infus penderita bila habis segera diganti
e. Perawat Penderita Pasca Bedah
1. Penderita dirawat di ruang pemulihan
2. Bila tidak ada ruang pemulihan, penderita kirim ke ruang perawatan bedah siapkan O2.
3. sebelum penderita meninggalkan kamar bedah yang harus diperhatikan.
- Memeriksa keadaan umum penderita
- Perawat yang diberi tugas harus menanyakan kepada dokter yang melaksanakan operasi hal-hal sebagai berikut :
a. Luka terbuka atau tertutup
b. Pemberian zat asam (O2)
c. Yang harus diperhatikan setelah penderita berada di ruang perawatan:
1) Perhatikan warna kulit
2) Perhatikan keadaan umum penderita
3) Perhatikan lokasi operasi
4) Siapkan bengkok, handuk
5) Pemberian infus/transfusi
6) Pengeluaran urine
7) Perhatikan keluhan penderita
8) Awasi fungsi usus
Terimakasih Semoga Bermanfaat
Comments
Post a Comment
berkomentar bijak, mohon maaf atas kekuranganya